Secara sosial, Masyarakat desa ini berasal dari satu keturunan. Yakni
dari RA. Suwati yang menikah dengan Abdul Jabar. RA.suwati adalah putri
dari keturunan bangsawan Jepara, sementara Abdul Jabar adalah salah
seorang cucu dari Ki Ageng Pandanaran, bupati pertama semarang yang
merupakan keturunan terakhir kerajaan Majapahit. Kedua tokoh tersebut
beserta sahabat - sahabat dekatnya di makamkan di sebuah tempat yang
dikenal dengan nama makam Dombang, yakni sebuah tempat yang rindang
karena di teduhi pohon beringin berusia ratusan tahun di desa
Pendosawalan Dimasa perang kemerdekaan, Desa Pendosawalan menjadi daerah
persinggahan prajurit TNI yang akan menyerbu markas tentara NICA yang
ada di perbatasan desa Pendosawalan dan BAnyuputih. Penduduk desa ini
banyak membantu dalam hal logistik dan tempat persembunyian. Menurut
cerita turun temurun, di awal kemerdekaan muncul isu bahwa desa ini akan
di bumi hanguskan oleh Sekutu dengan bom atom (saat itu mereka telah
mendengar kisah tentang bom atom yang memaksa Jepang menyerah dari
penduduk Pendosawalan yang berdangang di semarang) Untuk menyiasatinya,
gerilyawan republik yang merupakan bekas peta mengajari penduduk untuk
mematikan penerangan waktu malam saat mendengar alarm tanda bahaya dari
kentongan yang di bunyikan dari pos pos keamanan. saat itu Sekutu memang
akan membumihanguskan Pendosawalan dari udara sekalipun tidak memakai
bom atom, alsannya adalah desa ini berubah menjadi markas milita sipil
yang dianggap membahayakan keselamatan Pihak sekutu. Karena strategi
yang diajarkan, desa ini selamat dari pengeboman tanpa perlu
mengungsikan penduduknya. Dan bom yang di kirim ternyata nyasar ke desa
Banyuputih yang bersebelahan dengan Pendosawalan, hal itu disebabkan
karena di desa ini tak ada gerilyawan yang bisa mengajari tekhnik
kamuflase. Cerita lucu pun muncul, sebuah keluarga yang ketakuta malah
mengungsi ke desa Banyuputih, keluarga itu tidak percaya bahwa mereka
akan selamat. namunsayangnya lokasi yang mereka gunakan untuk sembunyi
malah terkena imbas dai bom yang di jatuhkan. Dalam keluarga itu, satu
orang tewas, dan satu luka- luka ringan pada wajah, tak hayal mereka
malah jadi bahan tertawaan ketika kembali ke Pendosawalan. Tak cukup
cerita lucu, konon kabarnya di salah satu dusun di desa ini di bagian
utara yang bernama dusun Sawalan, di dusun ini pernah juga di jatuhi bom
oleh sekutu, namun dengan tenaga dalam orang - orang sakti di dusun itu
mengkisnya dan mengubur dalam - dalam bom yang dikirim dari pesawat
bomber sekutu. Di era Reformasi ini, desa Pendosawalan mulai membenahi
diri dalam berbagai sektor sosial, politik serta tekhnologi
No comments:
Post a Comment